jika suatu bangsa menolak globalisasi maka bangsa tersebut akan
Sikapkritis tersebut tidak berarti menolak globalisasi secara keseluruhan tetapi harus diiringi dengan berbagai agenda untuk membangun keunggulan kompetitif bangsa (LP3ES, 2003). tinggi rendahnya harkat, derajat dan martabat suatu bangsa akan diukur dari tingkat kesejahteraan, budaya dan peradaban bangsa tersebut (Dadang Iskandar, 2007
Jikamasyarakat atau bangsa tersebut tidak siap menghadapi tantangan-tantangan global yang bersifat multidimensi dan tidak dapat memanfaatkan peluang, maka akan menjadi korban yang tenggelam di tengah-tengah arus globalisasi. suatu masyarakat/negara tidak mungkin dapat mengisolasi diri terhadap proses globalisasi. Jika suatu masyarakat
Makadari itulah kesadaran akan bangsa dan kepercayaan satu sama lain itu penting dalam suatu bela negara terhadap bangsa Indonesia. Bela negara adalah "tekad, sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh kecintaan kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa
Istilah" identitas nasional " secara terminologis adalah suatu ciri yang dimiliki oleh suatu bangsa yag secara filosofis membedakan bangsa tersebut dengan bangsa lain. Berdasarkan pengartian yang demikian ini maka setiap bangsa di dunia ini akan memiliki identitas sendiri - sendiri sesuai dengan keunikan, sifat, ciri - ciri serta
Jikapengaruh suatu kebudayaan saling menolak, maka disebut cultural animosity. Jika suatu kebudayaan mempunyai taraf yang lebih tinggi dari kebudayaan lain, maka akan muncul proses imitasi yang lambat laun unsur-unsur kebudayaan asli dapat bergeser atau diganti oleh unsur-unsur kebudayaan baru tersebut.
Site De Rencontres Gratuit Pof 94. Menurut pendapat Krsna Pengaruh Globalisasi Terhadap Pluralisme Kebudayaan Manusia di Negara 2005. Sebagai proses, globalisasi berlangsung melalui dua dimensi dalam interaksi antar bangsa, yaitu dimensi ruang dan waktu. Ruang makin dipersempit dan waktu makin dipersingkat dalam interaksi dan komunikasi pada skala dunia. Globalisasi berlangsung di semua bidang kehidupan seperti bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan keamanan dan lain- lain. Teknologi informasi dan komunikasi adalah faktor pendukung utama dalam globalisasi. Dewasa ini, perkembangan teknologi begitu cepat sehingga segala informasi dengan berbagai bentuk dan kepentingan dapat tersebar luas ke seluruh dunia. Oleh karena itu globalisasi tidak dapat kita hindari kehadirannya. Kehadiran globalisasi tentunya membawa pengaruh bagi kehidupan suatu negara termasuk Indonesia. Pengaruh tersebut meliputi dua sisi yaitu pengaruh positif dan pengaruh negatif. Pengaruh globalisasi di berbagai bidang kehidupan seperti kehidupan politik, ekonomi, ideologi, sosial budaya dan lain- lain akan mempengaruhi nilai- nilai nasionalisme terhadap bangsa. Kemajuan globalisasi terutama ditandai dengan adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tentunya sangat berdampak bagi keberadaan aspek kehidupan khususnya dalam bidang pendidikan, baik itu berupa dampak positif atau negatif. Hal ini terlihat dengan adanya sekolah-sekolah yang membuka kelas bilingual, dengan diterapkannya bahasa asing seperti bahasa Inggris dan bahasa Mandarin sebagai mata pelajaran wajib. Selain itu sekolah-sekolah menengah hingga perguruan tinggi sudah banyak yang membuka kelas Internasional. Untuk Indonesia hal ini tidak lain dimaksudkan agar tenaga kerja Indonesia dapat bersaing di dunia internasional dan menjawab berbagai tantangan globalisasi. Dengan dimilikinya tenaga-tenaga kerja yang berkualitas, tentunya akan membawa dampak positif tersendiri bagi Indonesia. Indonesia mampu memperbaiki kualitas ekonomi, sehingga mampu masuk jajaran raksasa ekonomi dunia. Namun hal ini tentu sangat membutuhkan perpaduan antara kemampuan otak yang mumpuni dan keterampilan dasar yang tinggi. Salah satu kuncinya adalah dengan globalisasi pendidikan yang dipadukan dengan kekayaan budaya bangsa Indonesia khususnya dengan sumber daya manusianya. Beberapa dampak positif globalisasi dalam bidang pendidikan 1. Semakin mudahnya akses informasi. Tak dapat dipungkiri bahwa kemajuan teknologi telah mempermudah pekerjaan manusia, khususnya dalam hal akses informasi. Internet kini sudah menjadi kebutuhan tersendiri. Dengan internet, masyarakat dapat mengakses informasi dalam waktu yang sangat singkat. Informasi yang diakses tidak terbatas dalam negeri, melainkan dari seluruh dunia dapat diperoleh melalu internet. Bagi siswa tentu ini sangat memudahkan bagi mereka untuk memperoleh sumber belajar lain, disamping dari buku dan penjelasan guru. 2. Globalisasi dalam pendidikan akan menciptakan manusia yang profesional dan berstandar internasional dalam bidang pendidikan. Dalam hal ini yang dimaksud adalah pendidik. Apaila pendidikan dilakukan dilaksanakan secara berkualitas dan mengikuti perkembangan arus globalisasi maka akan menghasilkan lulusan yang siap kerja seuai dengan keahliannya, termasuk dihasilkannya tenaga pendidik yang pofesional dan berstandar internasional. Hal ini tentunya akan membawa perkembangan positif bagi peserta didik yang diajarnya kelak, yaitu dihasilkannya lulusan yang berkualitas. 3. Globalisasi akan membawa dunia pendidikan Indonesia bisa bersaing dengan negara-negara lain. Globalisasi pendidikanterjadi secara mengglobal atau mendunia, segala perubahan-perubahan aspek pendidikan terjadi di berbagai negara termasuk Indonesia. Apabila perkembangan globalisasi dapat diikuti dan disesuaikan dengan tepat, maka akan membuat kualitas pendidikan Indonesia memiliki standar yang sama atau lebih bagus dari negara-negara lain. Sehingga pendidikan di Indonesia dapat disejajarkan atau mampu bersaing dengan negara-negara lain. 4. Globalisasi akan menciptakan tenaga kerja yang berkualitas dan mampu bersaing. Seperti yang telah dijelaskan diatas, apabila pendidikan dilaksanakan secara berkualitas dan mengikuti kebutuhan dan perkembangan globalisasi, maka akan menciptakan tenaga kerja yang terampil dan siap bersaing di dunia Internasional. 5. Adanya perubahan struktur dan sistem pendidikan yang meningkatkan tujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan. Demi terselenggarakannya pendidikan yang lebih bermutu dan berkualitas, tidak mungkin mempertahankan struktur dan metode pendidikan yang sudah ada. Semua harus menyesuaikan dengan perkembangan dan kebutuhan saat ini. Misalnya dengan memanfaatkan teknologi berupa media pembelajaran berbasis komputer, internet atau sejenisnya. Selain itu diperlukan juga evaluasi terhadap kurikulum yang sudah ada sehingga dapat dilakukan pembenahan pada rancangan kurikulum selanjutnya. Pemanfaatan teknologi baru, seperti komputer dan internet, telah membawa perubahan yang luar biasa dalam dunia pendidikan dan sudah menjadi pemandangan biasa dalam praktik pembelajaran di sekolah di Indonesia. Selain itu akibat kemajuan teknologi, pola pengajaran pada dunia pendidikan pun juga turut berubah. Apabila dulu, guru hanya menulis dengan sebatang kapur untuk menulis, menggambar sederhana serta menggunakan media-media elajar sederhana, kini dengan komputer, tulisan, gambar, suara, film dan lain-lain dapat digabungkan menjadi suatu proses komunikasi materi belajar. Globalisasi adalah sesuatu yang telah terjadi saat ini. Oleh karena itu, kita tidak mungkin menolak atau lari dari globalisasi tersebut. Apabila dikaji lebih mendalam, sebenarnya banyak nilai yang positif dalam globalisasi tersebut dan harus diaplikasikan. Misalnya, kehadiran perusahaan Jepang di Indonesia ternyata membawa nilai-nilai baik dari rakyat Jepang. Hal tersebut dikenal dengan budaya Kaizen. Budaya Kaizen memandang bahwa cara hidup kita, baik dalam bekerja, kehidupan sosial, dan kehidupan rumah tangga perlu disempurnakan setiap saat. Hal ini mengandung arti bahwa kita harus selalu menyempurnakan hidup dan kehidupan kita. Gerakan Kaizen yang diterapkan masyarakat Jepang dikenal dengan gerakan 5-S, yaitu Seiri, artinya membereskan; Seiton, artinya menata; Seiso, artinya membersihkan; Seiketsu, artinya membiasakan; Shitsuke, artinya disiplin. Ajaran “Kaizen” menyebabkan Jepang dapat menjadi bangsa yang unggul di dunia. Ajaran tersebut dapat diterapkan menjadi sesuatu yang positif jika dilaksanakan oleh masyarakat Indonesia. Keunggulan yang dimiliki oleh bangsa Barat dan pengaruh negatif yang ditimbulkan globalisasi tidak perlu kita sikapi dengan perilaku yang berlebihan. Justru, nilai positif dari globalisasi, seperti ilmu pengetahuan dan teknologi, manajemen, pendidikan, cara kerja, pola pikir, dan tanggung jawab perlu kita serap dalam kehidupan sehari-hari. Nilai positif globalisasi ini dapat kita serap dan kita jadikan sebagai instrumen dalam memacu keunggulan bangsa. Nilai-nilai budaya bangsa yang harus tetap dipertahankan dalam era globalisasi, di antaranya beriman dan bertakwa, keseimbangan rasionalisme dan spirit ualisme, nilai kesucian per kawinan dan keluarga, tradisi, moral, serta energi keagaman yang penuh rahmat perlu dilaksanakan dalam kehidupan kita sehari-hari. Setelah nilai-nilai tersebut dilaksanakan, maka kita sinergikan dengan nilai globalisasi, seperti penghematan, iptek, pemerintahan yang bersih dan berwibawa, demokrasi, tepat waktu, pelayanan yang lebih baik, meng hilangkan nilai feodal, dan rasional. Setelah nilai globalisasi terintegrasi menyatu dengan nilai dasar budaya bangsa maka kita sebagai bangsa yang berdaulat berkewajiban menumbuhkan rasa kebanggaan sebagai bangsa, yakni dengan cara mendidik anak bangsa agar menjadi manusia Indonesia yang dilandasi oleh nilainilai budaya bangsa dan memiliki kemampuan untuk ber kompetisi dalam dunia global. Sikap positif lain yang perlu dikembangkan untuk bisa berperan di era globalisasi adalah sebagai berikut Berkompetisi dalam kemajuan iptek; Meningkatkan motif berprestasi; Meningkatkan kualitas/mutu; Selalu berorientasi ke masa depan. Pancasila merupakan penyaring terhadap pengaruh globalisasi. Kita sebagai warga negara Indonesia harus memiliki sikap dan usaha untuk menghadapi pengaruh dari proses globalisasi, di antaranya sebagai berikut. Selalu berusaha untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sebagai penyaring terhadap pengaruh globalisasi yang bersifat negatif. Selalu meningkatkan penghayatan dan pengamalan kita terhadap Pancasila untuk memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa. Selalu meningkatkan ilmu pengetahuan kita agar dapat menilai mana yang dianggap baik dan benar terhadap pengaruh globa lisasi. Selalu meningkatkan pendidikan dan keterampilan kita agar dapat menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu bersaing dengan bangsa lain. Selalu meningkatkan penguasaan kita terhadap teknologi modern di segala bidang sehingga tidak tertinggal dan bergantung pada bangsa lain. Selalu mempertahankan dan melestarikan budaya lokal tradisional agar tidak digantikan oleh budaya bangsa asing. Selalu meningkatkan kualitas produk hasil produksi dalam negeri sehingga dapat igunakan dan selalu dicintai oleh masyarakat dalam negeri. Selain itu, produk hasil produksi dapat bersaing dan dapat merebut pasar lokal serta internasional. Selalu menumbuhkan sikap terbuka dan tanggap terhadap pembaruan sehingga mampu menilai pengaruh yang dinilai baik bagi pembangunan. Jadi sifat-sifat positif manusia modern sangat penting dikembang kan dalam era globalisasi. Seperti halnya arus sungai, globalisasi bagaikan air bah yang menerjang deras pada setiap sendi dan aspek kehidupan kita, bangsa Indonesia. Menolak atau bahkan menghindar dari globalisasi bukanlah sikap tepat dan bijaksana. Tetapi untuk ikut terseret pada arusnya juga merupakan sikap konyol yang tidak perlu kita lakukan. Lantas bagaimana kita harus menyikapi globalisasi yang melanda kehidupan bangsa kita, sementara tidak ada lembaga maupun individu yang mampu mencegahnya ? Sikap yang tepat dan bijaksana adalah kita ikut ambil bagian dan bermain peran di dalamnya. Dengan demikian kita bisa memberikan sumbangsih pemikiran kita maupun arahan kepada generasi muda agar tetap selektif terhadap pengaruh globalisasi. Globalisasi membawa dampak positif dan negatif. Kita harus pandai memilah dan memilih hal mana yang patut kita contoh dan kembangkan serta hal mana yang harus kita tolak dan kita buang. Tidak semua budaya barat buruk untuk ditiru, misalnya menghargai ketepatan waktu merupakan budaya barat yang bisa kita contoh dan kita kembangkan demi kemajuan bangsa dan negara. Namun demikian, budaya barat tidak semuanya baik untuk dicontoh. Pergaulan bebas merupakan hal tabu dan sangat bertentangan dengan kepribadian bangsa kita, sehingga hal itu harus kita tolak dan kita buang. Kita tidak perlu khawatir terhadap arus globalisasi yang tidak mungkin untuk kita bendung. Yang penting kita bisa selektif, tetap berpegang pada iman dan taqwa. Dan sebagai bangsa Indonesia kita tetap berdasarkan pada Pancasila.
[ 8/10/2015] Tidak lama lagi kita akan menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN MEA. Namun hingga saat ini, perspektif masyarakat Indonesia dalam menghadapi MEA ini belum sama. Ada yang menghadapi positif, ada pula yang negatif. Perbedaan perspektif ini terjadi baik di tataran pemerintahan maupun masyarakat. Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Unpad, Dr. Arry Bainus, MA., saat mengisi kuliah umum bertema “Peluang dan Tantangan Indonesia Menghadapi Komunitas ASEAN 2015” di Aula FISIP Universitas Halu Oleo Kendari, Rabu 7/10 kemarin. Foto oleh Purnomo Sidik* “MEA di Indonesia perspektifnya belum sama, karena ada yang pro ada yang kontra. Ada yang melihatnya pesimis dan ada yang melihatnya optimis,” tutur Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Unpad yang juga merupakan dosen Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik FISIP Unpad, Dr. Arry Bainus, MA., saat memberikan kuliah umum di hadapan mahasiswa Hubungan Internasional FISIP Universitas Halu Oleo UHO, Kendari, Sulawesi Tenggara, Rabu 7/10 kemarin. Kuliah umum bertema “Peluang dan Tantangan Indonesia Menghadapi Komunitas ASEAN 2015” ini diselenggarakan di Aula FISIP UHO. Orang-orang yang optimis melihat bahwa MEA ini menjanjikan dan memiliki potensi luar biasa terhadap perkembangan sumber daya manusia dan produk hasil karya Indonesia. Saat ini, sudah semakin banyak orang yang sadar mengenai pentingnya tenaga kerja profesional dan perlunya kepakaran. Misalnya, semakin dihargainya tenaga perawat dari Indonesia. Sementara orang yang melihat dari sisi negatif, melihat bahwa MEA ini akan menjadikan Indonesia sebagai pasar yang besar, karena kita memiliki potensi wilayah dan penduduk yang besar. Akan semakin banyak produk luar negeri dan tenaga profesional luar negeri yang masuk ke Indonesia, dan dikhawatirkan akan mematikan potensi SDM dalam negeri karena tidak mampu bersaing. Kepada para mahasiswa UHO Kendari ini, Dr. Arry pun menyarankan ada yang meneliti secara khusus mengenai kesiapan pemerintah dan masyarakat Kendari dalam menghadapi MEA. Bagaimana pun perspektif masyarakat mengenai MEA, kita tetap tidak bisa menghindari dan harus siap menghadapi MEA di penghujung Desember 2015 ini. Hal yang sama pun terjadi ketika kita menghadapi globalisasi. Menurut Dr. Arry, tidak ada satu negara pun yang dapat menghindari globalisasi, bahkan untuk negara tertutup sekalipun. Korea Utara misalnya, meski merupakan negara tertutup, tapi negara ini tetap membutuhkan barang dan tenaga ahli dari luar negerinya. “Globalisasi itu jangan dimaknai sebagai sesuatu hal yang dianggap westernisasi. Globalisasi itu kita harus sepakati bahwa itu adalah suatu proses dimana dunia ini menjadi satu, karena adanya mobilisasi manusia dan ide, dan teknologi,” ujar dr. Arry. Sebagai sesuatu yang tidak bisa dihindari, maka globalisasi harus disikapi secara bijak. Yakni, apabila ada nilai-nilai yang tidak sesuai dengan nilai-nilai yang kita anut, maka semestinya kita hindari. Apabila ada nilai-nilai baik untuk Indonesia, maka dapat kita terapkan. Hal ini pun pernah dilakukan oleh para pendiri bangsa ini dulu, diantaranya adalah ketika perumusan Pancasila. Dr. Arry menjelaskan bahwa Pancasila merupakan hasil pemikiran-pemikiran para founding father yang sudah membaca pemikiran-pemikiran dari luar. Bukan hanya menyikapi secara bijak, Indonesia bahkan harus bisa menyumbang pada globalisasi. Dr. Arry mencontohkan mie dari China yang kini sudah mengglobal, sementara tidak ada makanan dari Indonesia yang mengglobal. “Dengan cara seperti apa? Kita harus menjadi bangsa yang kreatif. Bisa bangsa yang mendobrak semua benteng-benteng yang seolah-olah kemajuan itu dari luar,” paparnya.* Laporan oleh Artanti Hendriyana / eh
jika suatu bangsa menolak globalisasi maka bangsa tersebut akan